Jumat, 31 Oktober 2014

Seperti Nemo

Ada satu film yang bagiku aneh banget, yaitu Finding Nemo. Inti ceritanya kan ada seekor ayah ikan yang mencari anaknya. Yang aneh itu ternyata ikan ini bisa ngomong. Padahal kalopun ikan bisa ngomong, kan ikan ini ada di dalam air. Coba kita aja yang ngomong di dalam air, kedengeran nggak sama temen kita yang ada di deket kita. Kalopun omongan kita jelas, bisa nggak temen kita denger omongan kita, kan kupingnya kemasukan air.

La kalo si Nemo tadi sebagai ikan sejati pengen ngobrol pasti mereka punya bahasa sendiri. Kalo dengan ngomong nggak jelas kedengeran, bisa pake bahasa isyarat. Tapi masalahnya, sirip mereka kan pendek, lalu gimana bikin bahasa isyarat yang berbeda untuk setiap kata yang ada di dunia ini kalo gerakan mereka sangat terbatas? Ini pasti banyak kata yang sama buat sebuah gerakan. Lagian spesies ikan itu juga banyak, tapi kalo saling ngobrol mereka bisa saling ngerti satu sama lain spesies. Ini pasti karena nenek moyang ikan itu adalah seorang motivator ulung, di mana dia memotivasi semua ikan untuk menggunakan satu bahasa persatuan yang sama biar sama-sama dimengerti biarpun ada ikan paus ngomong sama ikan teri.

Kita bisa bilang ‘Ah, itu kan cuma film!’. Tapi pernah nyadar nggak, sekhayal-khayalnya film, kita bisa ngebahas film tersebut dengan serius sama teman-teman kita. Padahal dalam lubuk hati yang paling dalam kita tau bahwa itu film, ceritanya karangan, dan adegannya buatan, banyak efek-efek di dalamnya. Tapi karena cerita film, kita bisa marahan sama temen kita. Adegannya bisa mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Film pertama kali yang aku tonton di bioskop adalah Tutur Tinular, sekitar tahun 1989. Setelah nonton itu aku jadi bercita-cita menjadi Arya Kamandanu, sampai akhirnya aku nonton Power Rangers.

Ada lagi misalnya gini, kita tau bahwa dalam film horor hantu-hantunya itu buatan, ada yang memerankan. Kita bisa bilang bahwa film horor itu sebenarnya nggak horor, malah film horor sekarang itu adalah film semi porno yang disamarkan. Tapi kalo liat film horor kita bisa ngeri juga, abis nonton kita nggak bisa tidur, nggak berani jalan di jalanan sepi gelap sendiri, dan lain sebagainya. Padahal pola pikir kita di depan tadi kan ini hantu jadi-jadian, bahkan sebelum nonton filmnya kita udah ngeliat trailer di balik layar film itu. Tapi masih aja ada rasa ngerinya.

Efek-efek spesial di film Hollywood juga keren-keren! Pas nonton kita seolah-olah ngerasa itu beneran terjadi. Film ‘2012’ misalnya, rasanya beneran dunia akan dapat bencana besar, padahal kita tau itu cuma film. Kalo nonton film India rasanya kita ikut terbuai dalam lagu dan tarinya, padahal sebelumnya kita bilang kalo film Bollywood itu lebay. Itu berarti bahwa dari sebuah film kita seolah diajak masuk ke dalam alur cerita film itu dan merasakan bahwa segala hal yang ada di dalam film tadi nyata.

Seperti film Finding Nemo tadi, kalo kita yang nonton mungkin kita lagi-lagi bilang ‘Ah, itu kan cuma film!’. Tapi kalo anak kecil abis nontonnya, dia pasti pengen beli ikan kaya Nemo terus berharap dia bisa ngomong atau bisa meloloskan diri dari akuariumnya. Kita lagi-lagi bisa bilang ‘Ah, itu kan cuma anak kecil!’. Tapi kalo ternyata kita masih ngeri abis nonton film horor, siapa sekarang yang jadi anak kecil?

2 komentar:

  1. Finding Nemo salah satu kartun favorit gw, terlepas dari ikan yang bisa ngomong ya.
    kalo horor import biasanya horor beneran, nah klo horor lokal tuh baru. film semi bokep yang di bikin horor, serem kagak, cenala sempit iya

    BalasHapus
  2. Iya bener, itu semacam bokep semi terselubung, alur ceritanya nggak jelas. Nemo aja yang telanjang tapi ceritanya asyik banget... (y)

    BalasHapus

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya